Selasa, 22 Desember 2009

JIKA AKU MENJADI SEORANG WARTAWAN




Oleh:
Muksin Saiful A

Banyak sekali peristiwa yang terjadi disekitar kita. Sebut saja salah satu kejadian orang jualan nasi di depan toko sepatu yang tertabrak mobil. Dari kejadian tersebut, apa yang bisa kita peroleh darinya? Sebut saja tentang kejadian kenapa hal itu bisa terjadi? Pertanyaan tersebut akan banyak memunculkan jawaban yang beragam, suatu contoh :
·        Penjual nasi berjalan tidak pada trotoar, melainkan pada jalan beraspal, yang seharusnya jalan tersebut tidak diperuntukkan bagi pejalan kaki, melainkan hanya bagi pengguna kendaraan bermotor saja.
·        Pengendara mobil sedang dalam keadaan mabuk, tidak patuh terhadap rambu-rambu lalu lintas, kesalahan teknik pada rem mobil yang tidak berfungsi
·        Jalanan disekitar tempat kejadian yang telah rusak berat dll
Dari intisari sebuah kejadian, begitu banyak pesan-pesan yang bisa diperoleh. Dimana unsur yang terkandung bisa berupa peringatan/ larangan, motivasi, penyuluhan dll. Hal tersebut sedikit banyak akan memberikan kontribusi kepada masyarakat yang mengetahui dan memahami.
            Namun persoalannya, bagaimana informasi tersebut bisa diketahui/ diterima oleh masyarakat luas?
Perkembangan zaman semakin maju, sehingga media-media yang tersedia akan mempernudah suatu informasi secara cepat dapat terpublikasi ke konsumer dengan lingkup yang lebih luas. Sebut salah satu media tersebut adalah media cetak/ koran dan sejenisnya. Media cetak tersebut diproduksi dengan jumlah yang besar, dengan distribusi yang melibatkan banyak fihak, mulai dari agen perusahaan sendiri sampai penjual keliling. Maka informasi dalam media cetak tersebut semakin cepat tersampaikan ke masyarakat sampai lapisan bawah.
Namun untuk memenuhi itu semua, banyak aspek-aspek yang harus dipenuhi, suatu contoh isi berita/ tulisan. Dimana suatu tulisan, tidak terlepas dari proses mencari data. Data tersebut bisa berasal dari wawancara dan analisis lapangan. Data-data yang sudah diperoleh, kemudian diekstraksikan menurut kategori tulisan (berita kriminal, sport, politik, Iptek dll.
 Proses diperolehnya suatu data tersebut, tidak terlepas dari yang namanya wartawan. Sosok yang misterius, sewajarnya manusia pada umumnya, makan nasi dan minum air. Dimana dalam bepergian, senantiasa berkalung kamera dilehernya, terselip notes, pena dan alat perekam yang disimpan di dalam tasnya. Namun apa yang membedakan dengan manusia lainnya? Tepat sekali, hal itulah yang memberi motivasi dan menghipnotis saya, untuk terus menikmati dan terjerumus ke dalam pusaran jurnalistik.
            Begitu kagum saya dengan sosok wartawan itu. Bagaimana tidak, sosok tersebut begitu berjasa bagi masyarakat luas. Hal tersebut dilihat dari hasil liputan yang dikemas ke dalam berita sebuah media cetak. Dengan berita yang mengandung unsur informasi tersebut, akan memberikan banyak kontribusi kepada masyarakat luas, suatu contoh : korban perampokan oleh pengguna hipnotis. Secara otomatis masyarakat akan langsung waspada terhadap perampokan pengguna hipnotis tersebut,  setelah mereka mengetahuinya. Tidak lain dari informasi yang dibaca dari sebuah media cetak. Selain itu, masyarakat akan secara sadar untuk meningkatkan keamanan, agar kejadian-kejadian yang serupa tidak terulang lagi, terutama pada mereka sendiri.  
            Tidak hanya pada lingkup diatas saja yang sudah menghipnotis saya untuk mengagumi sosok wartawan. Bayu Dwi Nurwicaksono, adalah sosok senior yang begitu  saya kagumi. Walaupun angkatan kuliah dan umur beliau tidak jauh dengan saya, namun dari segi pengalaman dan pengetahuan, sungguh saya hanya dilihat sebagai anak kecil dimata beliau. Beliau juga tidak jarang memberikan motivasi-motivasi kepada saya tentang bagaimana sih menulis itu? Bagaimana sih awal dari sebuah tulisan? Dari beliaulah saya telah mengenal dunia tulis-menulis. Walaupun yang saya serap dari ilmu yang diberikan, ibarat nasi satu piring namun baru satu sendok yang saya makan dan masuk keperut, karena hanya dengan kapasitas yang masih kecil. Tapi dari garis start itulah saya mempunyai keinginan kuat untuk meningkatkan kapasitas yang saya miliki sekarang. Tidak hanya itu saja, bahkan terbesit ambisi menjadi seseorang yang bisa mengimbangi bahkan melampaui memampuan Bayu D.N
            Awal mulanya saya mengenal sosok Bayu D.N ketika masuk menjadi anggota UKIM. Saat itu beliau sebagai koordiantor streesing yang sekarang dirubah menjadi Divisi Keilmuan. Dengan tugas dan kewajiban menyusun dan menyampaikannya pada Kuliah UKIM (agenda rutin UKIM, salah satunya mengkaji Penulisan ).  Namun tidaklah cukup jika konsultasi hanya pada waktu Kuliah UKIM itu saja. Melainkan selesai Kuliah UKIM tersebut, saya masih tetap mencoba berkomunikasi dengan beliau, tidak lain seputar penulisan. Tidak berhenti pada tahap itu saja, rasa ingin tahu dan keinginan untuk bisa menjadi seorang penulis pada diri saya, justru semakin besar.
            Kekaguman saya terhadap sosok Bayu D.N tidak hanya berhenti pada penulisan yang yang diajarkan kepada saya. Namun aktivitas yang sedang digeluti beliaupun, sempat menarik minat saya untuk ikut memahaminya juga, bahkan terbesit keinginan menjadi seperti beliau.
Ternyata dibalik sosok tersebut, masih tersimpan begitu banyak ilmu yang diperoleh dari pengalamannya selama ini. Selain sibuk dengan kuliah, Divisi Keilmuan, beliau juga mempunyai profesi sebagai wartawan Gema (Pers Kampus Unesa) dan Humas Unesa.  Digaris bawahi, bisa jadi profesi wartawan yang menjadikan Bayu D.N begitu faham dengan seluk-beluk dunia penulisan.
            Sempat teringat pada suatu Mata Kuliah yang saya program. Saat itu Tata Tulis Karya Ilmiah (TTKI) yang dibimbing Warju, S.Pd, S.T, M.T. Pada awal perkuliahan, beliau sempat memberikan motivasi-motivasi seputar penulisan. Kala itu, beliau sempat menuturkan ”tulislah apa yang ada dalam fikiranmu, soal kualitas, dengan seringnya kalian menulis maka dengan sendirinya tulisan yang kalian buat akan semakin berkualitas”.
            Untuk itu saya beranggapan, jika saya menjadi seorang wartawan, maka kemampuan saya sebagai seorang penulis akan semakin berkualitas. Tidak hanya berhenti pada tahap itu saja, gaya penulisan saya akan mempunyai suatu karakter tersendiri. Karena, seorang wartawan tidak hanya berkompetensi dengan diri sendiri, melainkan juga dengan wartawan lainnya. Sehingga, harus berusaha lebih keras lagi, agar salah satu tulisan kita mempunyai ciri khas dan bisa dimuat dalam suatu media cetak.       
            Suasa kompetitiflah yang pada akhirnya akan membawa setiap orang saling memacu diri. Hal itu dikarenakan, dalam diri manusia terdapat suatu rasa. Rasa percaya diri, tidak mau mengalah, gengsi, yang pada akhirnya akan memacu orang yang mempunyai rasa tersebut untuk menjadi yang lebih baik.




Tidak ada komentar:

Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google