Selasa, 22 Desember 2009

REALITA PERFILMAN INDONESIA

          Sunguh ironis sekali apabila kita melihat maraknya film yang beredar di Indonesia saat ini, baik produksi dalam maupun luar negeri. Kenapa saya bisa beranggapan seperti itu? kenapa tidak. Bisa kita lihat iklan yang lagi gencar-gencarnya dipulikasikan di layar Televisi. Saksikanlah di bioskop-bioskop kesayangan anda. Di mana tiap film menawarkan tema tentang film cinta antara laki-laki dan perempuan, atau kalau tidak mengexplore keseksian seorang wanita dengan berbau porno, dan hal itu seakan-akan menjadi tema utama yang wajib diangkat.
            Pernahkah kita mencoba mencari intisari dari ramuan film yang akan kita lihat sekarang? Kecenderungan sari film pada masa sekarang ini terlalu mengambarkan kepesimisan. Bukankah masyarakat indonesia membutuhkan motivasi agar mereka bisa bangkit dari keterpurukan negeri ini, salah satunya melalui pesan moral yang disampaikan melalui film, prioritas utama karya dalam negeri? Realita sekarang sungguh memprihatinkan. Bahkan film yang dibuat oleh anak negeripun seakan mengabaiakan hal itu.    Apakah tidak pernah terbesit difikiran para sutradara itu sendiri untuk menyelipkan pesan-pesan moral dan sosial, yang membuat bangsa indonesia tetap tergetar untuk selalu optimis menjadi masyarakat yang maju?
            Perfilman yang beredar di indonesia sekarang ini cuma memperhatikan royalti semata, tapi tidak pernah menghiraukan dampak yang akan terjadi di masyarakat luas apabila mengkosumsi tema yang kurang baik, dalam artian negatif. Suatu contoh, film yang sedang ramai diputar di bioskop adalah kawin kontrak, tali pocong perawan, mimpi basah, dan masih banyak lain tema film dengan tema yang serupa. Tentunya tema yang mengangkat tentang gairah sex. Hal itu secara tidak langsung akan mempengaruhi psikis masyarakat indonesia. Bahkan tidak menuntut kemungkinan sebagian masyarakat akan berperilaku seperti keadaan yang ada difilm yang telah mereka tonton. Kalau film bertemakan negatif dan masyarakat ikut menerapkan dikehidupan nyata apa akibatnya?
            Perlunya penertiban batas-batas kelayakan film yang akan diputar secara publik. Hal itu diharapkan dengaan sejalannya peraturan itu diterapkan adalah perilaku masyarakatpun juga ikut tertata, dalam artian mendidik masyarakat indonesia melaui perfilman.
            Coba kita melihat negara tetangga kita, negeri sakura atau negeri matahari terbit itu. Bagaimana mereka para kreator dalam menciptakan sebuah film yang memberikan pesan moral. Salah satunya naruto. Siapa yang tidak mengetahui film berupa animasi ini. Mulai anak TK sampai mahasiswa mengetahui bahkan menyukainya. Bukan semata-mata karena kreasi yang diciptakan istimewa, tapi coba kita analisa dari karakter naruto itu sendiri.
Naruto adalah salah satu karakter paling bodoh diantara teman satu kelasnya. Dalam menyerap materi yang disampaikan oleh guru, naruto kesulitan dalam menerima dan menerapkannya. Namun bagaimana semangatnya ingin menjadi sorang hokage (pimpinan di desa tempat tinggalnya).
            Naruto selalu berlatih siang dan malam, bahkan dia sendiri sampai lupa makan dan tidur. Tidak sedikit naruto jatuh pinsan karena kelelahan sewaktu latihan. Itu semua dilakukannya semata-mata karena dia ingin menjadi seorang hokage dan juga mengalahkan saingannya sasuke.
            Kenapa film buatan anak negeri belum ada atau baru sedikit sekali yang mengangkat tema tentang perjuangan seseorang agar selalu berusaha dan terus berusaha pantang menyerah, walaupun mereka mempunyai kelemahan terutama dalam berfikir sedikit lamban.
Muksin Saiful A
            Bangkitkan perfilman indonesia!!!

                                                 

                                                         


Tidak ada komentar:

Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google