Kamis, 24 Desember 2009

KONTES BURUNG, CIPTAKAN NUANSA DAN CINTA ALAM DI UNESA

             Kontes kicau burung Unesa Cup IV 2009 minggu (20/12), terlaksana dengan meriah. Lingkup peserta dari seluruh nusantara itu, sejenak memberikan nuansa alam di Unesa. Pasalnya, dilaksanakan bertepatan hari libur mulai pagi hari sampai sore hari, tepat di halaman depan kantor rektorat.
            Menenteng sangkar berkerudung batik. Terkadang terdengar sayut-sayut kicauan burung dari dalamnya. Berjalan mendekat kekumpulan orang yang sedang memegang pulpen dan beberapa brosur pendaftaran. Tanya dari panitia pendaftaran, daftar kategori apa? Begitulah suasana pagi di halaman Gedung E-1 tempat orang tertinggi Unesa ngantor.
            Seorang MC pun juga ikut sibuk pagi itu. Memberitahukan kepada seluruh calon peserta dan peserta untuk segera daftar ulang. Tak jarang kata sportifitas diungkapkan untuk menghimbau kepada seluruh peserta beserta pendukungnya.
            Selang beberapa waktu kemudian, Dr. Nurhasan, M. Kes selaku Pembantu Rektor III, membuka Lomba Unesa Cup 2009 itu. Sambutan tepuk tangan dari peserta dan penonton pun tak ketinggalan. Dan telihat wajah dan senyum yang tampak sangat antusias.
            Lomba pertama dimulai, suara MC tetap memberi arahan kepada peserta untuk segera membawa burung menuju gantangan (arena kontes). Tak lama kemudian, berbondong-bondong orang berjalan sambil mengangkat sangkar burung yang masih berkerudung. Satu persatu, kerudung kurungan dibuka, dan kemudian diangkat untuk dikaitkan ke  gantangan. Pada saat yang bersamaan, beberapa orang berkaos hitam berjalan memasuki gantangan, dipunggung kaos tertulis REKTOR UNESA CUP IV. Enam orang diantaranya membawa bendera dan papan tulis kecil seukuran kertas A4, dan orang Sering menyebutnya sebagai juri. Sesaat kemudian, dari luar pagar pembatas gantangan terdengar suara gaduh. Ternyata itu dari pemilik burung kontes sedang memberikan kode-kode dengan bahasa tubuh dan teriakan, agar burung yang dimiliki mau berkicau dengan keras dan baik.
            Sambil jalan mengitari gantangan, juri mencatat nilai pada papan tulis yang ada ditangan kirinya. Pada saat bersamaan, bendera yang terbuat dari pita dengan panjang tiang ± 30 cm, dimasukkan kedalam lubang gantangan yang berada dibawah sangkar burung. Yang paling banyak mendapatkan bendera dari juri itulah yang akan menjadi juara.
            Kontes burung menurut H. Mustofa selaku Ketua Organiser Aladin Interprice menyatakan, kontes burung seperti ini sebelum-sebelumnya juga sering diadakan. Setiap satu minggu sekali kontes burung diadakan, untuk tempat penyelenggaraan selalu berpindah-pindah, dari kota satu ke kota lainnya, termasuk Unesa. Sebagai tuan rumah yang mewakili Surabaya, unesa merupakan tempat ternyaman dari seluruh tempat yang ada di Surabaya. Menurutnya, pepohonan yang banyak tumbuh disekitar halaman Rektorat, memberikan suasana rindang, sejuk dan menyehatkan. Kontes burung juga merupakan salah satu budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Populasi terbesar diseluruh dunia tersebut, tak jarang menarik orang-orang asing berdatangan ke Indonesia hanya untuk melihat kontes burung yang sedang berlangsung. Sebut turis dari jepang, saat sedang melihat kontes sedang berlangsung. Mendengar dan melihat kicauan burung yang merdu dan indah, serta banyaknya peserta yang mengikuti, membuat turis Jepang terkagum-kagum, tuturnya tentang kontes burung yang ada di Indonesia.
            Sementara, bagi Prof. Dr I Nyoman Adika, M.S. tentang kontes kicau burung sendiri sebagai wujud  cinta alam. Dengan cara mengadakan kontes seperti ini, adanya harapan muncul kepedulian terhadap satwa yang ada di Indonesia ini, dengan permulaan, melalui keindahan kicauan yang dihasilkan. Sehingga dikemudian  hari, untuk menarik orang-orang yang berada di Unesa baik lingkup dosen, karyawan dan mahasiswa, dengan sadar lama kelamaan cinta terhadap alam yang mereka tinggali. Salah satunya ikut menjaga pohon-pohon yang ada dari kerusakan, dan tidak lain sebagai tempat tinggal burung-burung itu sendiri.  Kicauan burung juga bisa membuat orang-orang yang ada disekitarnya menjadi bersemangat, tuturnya sambil tersentum.
            Untuk bisa memiliki sebuah burung yang bisa dipertandingkan, perlu biaya yang tidak sedikit. Menurut Sinyo pada saat itu juga sebagai peserta, perlu biaya besar untuk bisa memiliki burung kicau. Pasalnya, selain harga beli untuk sebuah burung yang siap ikut kontes, biaya perawatan dan juga makanan yang harus diberikan lumayan menguras kantong, terutama pada makanan, karena tidak kualitas sembarangan yang diberikan. Untuk burung kicau kalau hanya diberi makananan dengan kualitas rendah, burung tersebut akan enggan/ sulit berkicau. Karena kandungan yang ada pada makanan untuk burung kontes kicau mengandung vitamin untuk merangsang burung agar aktif berkicau. Selain itu, perawatan yang menghabiskan biaya pada waktu burung mengalamai stress. Perawatan akan lebih sulit dari pada burung yang normal. Karena harus mengembalikan kondisi ketenangan burung sampai sedia kala. Dan waktu yang dibutuhkan bisa mencapai hitungan bulan sampai burung itu normal.
            Kerudung yang digunakan untuk menutup sangkarpun juga tidak sembarangan. Harus dari bahan kain yang halus dan lentur. Diharapkan dengan bahan itu, udara yang ada di dalam sangkar lebih adem, dan burung akan terhindar dari stress karena nyaman di dalamnya, tuturnya dengan wajah yakin. Muksin Saiful A

           
           
           


Tidak ada komentar:

Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google