Selasa, 22 Desember 2009

PENGEMBANGAN STRATEGI BELAJAR BAHASA EFEKTIF UNTUK MENYELESAIKAN KESULITAN DALAM MENGGUNAKAN BAHASA SASARAN



Researcher       : Drs. Imam Dui Agusalim, M.Pd
Promoter          : 1. Prof. Dr. H. Soekemi, M.A
                          2. Prof. Dr. Abbas A. Badid M.A., M.A
Kata-kata kunci; Pengembangan, Efektif, Stategi Pembelajaran Bahasa, Kesulitan dalam Penggunaan Bahasa Sasaran dan Berkomunikasi

ABSTRAK
            Meskipun dengan pendekatan-pendekatan yang paling komunikatif, pengajaran bahasa kedua atau asing dikelas terbatas kemampuannya dalam mengembangkan kompetensi komunikasi siswa dalam bahasa sasaran. Keterbatasan ini disebabkan oleh terbatasnya penampilan menggunakan bahasa pada berbagai fungsi, genre, tindak tutur, dan jenis wacana percakapan yang terjadi di dalam kelas. Dengan kondisi terbatas semacam itu dan waktu yang terbatas, seperti pertemuan kelas yang hanya seminggu sekali untuk latihan bahasa target di kelas, minat siswa untuk bicara menjadi rendah. Ketika mereka diberi kesempatan untuk bertanya setelah membahas materi bahan ajar, mereka hanya diam saja. Hal serupa juga terjadi ketika setelah mengikuti presentasi dari perusahaan yang akan merekrut mereka diberi waktu untuk bertanya tetapi mereka seolah tidak memiliki kata-kata untuk diucapkan
            Melihat fenomena ini, guru yang bertanggung jawab sebaiknya memaksimalkan kesempatan bagi para siswa untuk berpartisipasi aktif di luar kelas. Kegiatan extra berbasis tugas itu seperti melakukan latihan wawancara dan chatting tertulis. Dan untuk melihat  penerapan penugasan komunikasi secara alami ini, penelitian terhadap komunikasi yang sesungguhnya seperti itu perlu dilakukan.
            Dengan keinginan untuk meningkatkan ketrampilan berbicara siswa, penelitian ini bertujuan secara umum menemukan kesulitan komunikasi alami dengan menggunakan bahasa sasaran melalui kegiatan wawancara dan chatting pesan tertulis. Dan penelitian yang sesuai bagai guru adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
            Sebelum memulai PTK, satu penelitian awal dilakukan secara quantitative melalui penilaian dari teman untuk mengidentifikasi ketrampilan bicara siswa. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kemampuan bicara siswa perlu ditingkatkan. Kemudian, PTK digunakan secara kulitatif untuk memonitor kualitas kemampuan komunikasi siswa. Dengan mengikuti suatu proses dengan empat tahap Perencanaan-Tindakan-Pengamatan-Refleksi, pengajar bahasa asing dapat menggunakan teknik analisa percakapan dan analisa wacana untuk menemukan masalah-masalah dalam latihan, menggunakan bahasa target itu. Analisa data dilakukan dengan batasan pada kompetensi grammar, sociolinguitik, strategi dan wacana. Sedang data chatting dianalisa berdasarkan pada kemampuan komunikasi dalam pergantian, urutan dan perbaikan.
            Kadang-kadang seseorang ketika berkomuikasi menyadari atau tidak bahwa komunikasinya mengalami kesulitan untuk dapat melanjutkan terus disebabkan oleh banyak variable seperti halnya tempat, topic wacana, lawan bicara, tujuan atau orientasi interaksi dan sebagainya. Dalam kedipan mata, dia dapat melanjutkan interaksi dengan menggunakan strategi- strategi yang relevan dengan kesulitan-kesulitan itu. Sebagai contoh, seorang pembelajar ketika bercakap-cakap dengan seorang asing mungkin tidak mengerti apa yang sedang diperbincangkan disebabkan oleh terlalu cepatnya cara bicara orang asing itu. Setelah meminta maaf karena sedikitnya kemampuan bahasa inggrisnya, orang asing itu bicara dengan sedikit lebih pelan atau menggunakan tata bahasa yang lebih sederhana dan percakapan itu dapat dilangsungkan terus. Dalam hal ini orang asing itu mengakomodasi pembelajar itu dengan mengatur perilaku berkomunikasi yaitu menyesuaikan dengan tuntutan peran pembelajar itu dalam memahami topic interaksi. Beberapa kesulitan komunikasi yang muncul dalam interaksi wawancara atau dialog dan dalam tugas chatting pada situasi yang sebenarnya adalah sebagai berikut.
            Dalam wawancara penemuannya meliputi adanya pengaruh bahasa ibu, adanya pertanyaan yang bersifat pribadi dan ketidak mampuan pembelajar dalam membuat pertanyaan yang benar. Tetapi, wawancara itu secara psikologi mendorong dan menarik bagi pembelajar untuk terus bertanya ketika mereka tidak mengerti. Sedangkan dalam chatting, penemuannya berkenaan dengan lemahnya kemampuan dalam menciptakan interaksi yang tersusun baik dan berkomunikasi. Strategi belajar dengan menempatkan wawancara sebelum chatting ini efektif dilakukan dalam dua siklus PTK sebab kemandekan komunikasi dikarenakan lemahnya kompetensi wacana dapat diatasi dengan chatting pada siklus kedua, sehingga komunikasi dapat berlanjut terus dan memberi latihan bahasa fungsi seperti memberi salam, pengenalan diri, tanda mengakhiri interaksi dan ungkapan selamat tinggal.
            Sebagai hasil dari pemetaan kemampuan berbicara pembelajar, mereka mendapat sebutan kemampuan sebagai menengah bawah, dan untuk perbaikan mereka maka materi rencana pembelajaran pada Lampiran F disarankan untuk diajarkan bagi mereka.

Disertasi ini telah lulus uji pada ujian terbuka kamis (12/11). Bertempat di Auditorium Gedung K9 Pascasarjana Unesa, dengan predikat sangat memuaskan setelah mempertahankannya di depan para dewan penguji.

Tidak ada komentar:

Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google